Baca Juga
Cerita Misteri Indonesia - Penulis menurunkan tulisan tentang kota misteri di Palu, Uwentira. Kota mistik ini memang sangat terkenal di Palu, Sulawesi Tengah. Sudah begitu banyak cerita tentang misterinya kota Uwentira. Karena banyak warga yang mengakui bahwa mereka pernah masuk ke alam lain, alam siluman di kota Uwentira ini.
Dalam dunia perdukunan atau di ranah supranatural, banyak orang percaya akan adanya dunia siluman itu seperti di Uwentira. Lebih jauh, dalam dunia perdukunan atau dunia para pencari ilmu di ranah supranatural, dalam dunia kegaiban, yang akrab dengan “makhluk” yang disebut jin, kerap terdengar bahwa seseorang bisa nikah atau kawin dengan jin.
Hampir sebagian besar masyarakat Indonesia meyakini bahwa hal tersebut tidak mungkin terjadi, sebab bila kita berpikir secara rasional bagaimana bisa dua makhluk yang berbeda dapat berhubungan secara biologis dan lain-lain. Manusia merupakan makhluk yang berasal dari bumi atau tanah, sedangkan jin merupakan makhluk yang tercipta dari api.
Namun, bagi segelintir orang sangat percaya itu. Dan jika terjadi perkawinan atau hubungan biologis antara dua makluk itu, terlahirlah anak-anak jin.
Hal ini dapat dipahami secara logika, sebab bagaimana mungkin dapat menghasilkan anak manusia. Juga kaena dalam proses reproduksi dalam manusia dibutuhkan pembuahan yakni sperma yang dapat membuahi sel telur pada rahim seseorang.
Dan percaya atau tidak, di Uwentira, kota penuh misteri atau kota siluman yang populer itu, pernah begitu gempar terdengar kabat bahwa seorang mahasiswi desa namanya Lin dalam beberapa hari tidak pulang ke desanya. Pencarian dilakukan tidak ditemui.
Dan setelah diketemui, sikap Lin kerap terasa aneh dan tidak seperti biasanya, tidak seperti Lin yang sebelumnya. Ternyata, menurut pengakuan Lin sendiri, dirinya sudah bersuamikan dengan seorang penghuni kota siluman Uwentira.
Inilah kisahnya, seperti kerap diceritakan kepada masyarakat di sana. Bahwa, suatu malam, Ardin, aman Lin menceritakan kembali saat dia mengantar Iin. Senin pagi itu, sekitar pukul 10.15 Wita, Iin tiba-tiba datang ke rumah Ardin yang wilayahnya masih di Desa Sidera. Jarak rumah mereka sekitar 100 meter. Mulanya Iin minta tolong diantar ke Palu, bukan ke Uwentira.
Bergegaslah mereka pagi itu dari Sidera menuju Palu. Yang dipakai berboncengan sepeda motor matic milik Iin. Sebab kondisi motor Ardin agak kurang normal.
Baru beberapa menit di perjalanan, tiba-tiba Iin meminta sang paman supaya mengantarnya ke Uwentira saja. Tidak jadi singgah di Palu. Begitu mendengar kata Uwentira, perasaan Ardin mulai tidak enak. Dia pun menanyakan ada urusan apa di sana.
Ardi pun tidak mau nanya lagi, karena kalau ditanya, biasanya Lin marah-marah lantarankesal. Maka Ardin pun nurut saja. Supaya tidak mau terjadi adu mulut, Ardin nurut saja. Sepeda motor pun dipacunya menuju Palu, berjarak kurang lebih 10 km.
Tiba di Palu, sempat singgah isi BBM di SPBU Jalan Sisinga Mangaraja. Tangki motor diisi full. Setelah selesai, Iin langsung meraih stir motor. Mereka bergantian saling bonceng menuju Uwentira.
Sepanjang perjalanan, terutama di jalur gunung Kebun Kopi, Ardin sempat ketakutan. Soalnya, Iin memacu motor dengan kecepatan tinggi. Ternyata Iin kejar waktu. Jam 11 tepat sudah harus sampai di lokasi Uwentira. Tidak boleh telat. Mungkin sudah ada perjanjian waktu antara Lin dengan suaminya sang siluman.
Sesampainya di Uwentira, Iin mengajaknya lagi bercakap-cakap ringan. Karena sepanjang jalan, mulai dari SPBU Sisinga Mangaraja sampai di tujuan, Iin tak satu kata pun bicara. Begitu juga Ardin, dia tak lagi memberanikan diri menegur atau bertanya. Apalagi sampai mengingatkan supaya jangan terlalu ngebut.
Saat itu, kepada pamannya Ardin, Lin berterus terang bahwa dirinya sudah menikah atau kawin dengan suaminya siluman di kota Uwentira. Lin minta agar pamannya tidak beritahu ke orang tuanya.
Ardin terdiam. Perkataan Iin tak dihiraukan. Antara percaya dan tidak, dengan apa yang baru saja didengarnya. Lantaran tak mau keponakannya marah atau tersinggung, beberapa menit kemudian barulah Ardin manggut-manggut merespons ucapan Iin.
Setelah itu, Iin melanjutkan lagi pembicaraan. Katanya yang menikahkan mereka Nene Rante. Sosok itulah menurutnya banyak berperan di balik pernikahan dia.
Sekadar diketahui, di dunia lain Tanah Kaili di Sulteng, nama Nene Rante lebih dikenal dengan sebutan “Mangge Rante”. Fotonya banyak beredar di masyarakat dengan ciri mulutnya mengeluarkan asap. Mungkin karena terpaut usia yang cukup jauh, sehingga Iin menyebut Mangge Rante dengan panggilan Nene.
Sebelum balik lagi ke Sidera, remaja berjilbab ini sempat menanggalkan asesoris cincin dan kalung yang dipakainya. Lalu diberikan kepada Ardin. Tersisa sendal dan baju yang melekat di badan. Kemudian, dia berpesan supaya kepergian ke Uwentira jangan diberitahu ke ayah dan ibunya.
Setelah menghidupkan mesin motor dan beranjak pergi, Ardin sempat menoleh ke arah Iin. Dia melihat Iin menuju tangga semen, lokasi yang disebut-sebut pintu gaib alam Uwentira.
Sepanjang perjalanan, Ardin tak habis pikir dengan apa yang dialami Iin. Apakah yang didengar dan disaksikan tadi, hanya gurauan belaka, atau memang benar terjadi.
Ternyata, Lin pun berkata bahwa suatu waktu dirinya akan tinggal menetap di Uwentira, kota siluman itu. sumber
Kisah Nyata Mahasiswa Nikah Dengan Siluman |
Hampir sebagian besar masyarakat Indonesia meyakini bahwa hal tersebut tidak mungkin terjadi, sebab bila kita berpikir secara rasional bagaimana bisa dua makhluk yang berbeda dapat berhubungan secara biologis dan lain-lain. Manusia merupakan makhluk yang berasal dari bumi atau tanah, sedangkan jin merupakan makhluk yang tercipta dari api.
Namun, bagi segelintir orang sangat percaya itu. Dan jika terjadi perkawinan atau hubungan biologis antara dua makluk itu, terlahirlah anak-anak jin.
Hal ini dapat dipahami secara logika, sebab bagaimana mungkin dapat menghasilkan anak manusia. Juga kaena dalam proses reproduksi dalam manusia dibutuhkan pembuahan yakni sperma yang dapat membuahi sel telur pada rahim seseorang.
Dan percaya atau tidak, di Uwentira, kota penuh misteri atau kota siluman yang populer itu, pernah begitu gempar terdengar kabat bahwa seorang mahasiswi desa namanya Lin dalam beberapa hari tidak pulang ke desanya. Pencarian dilakukan tidak ditemui.
Dan setelah diketemui, sikap Lin kerap terasa aneh dan tidak seperti biasanya, tidak seperti Lin yang sebelumnya. Ternyata, menurut pengakuan Lin sendiri, dirinya sudah bersuamikan dengan seorang penghuni kota siluman Uwentira.
Inilah kisahnya, seperti kerap diceritakan kepada masyarakat di sana. Bahwa, suatu malam, Ardin, aman Lin menceritakan kembali saat dia mengantar Iin. Senin pagi itu, sekitar pukul 10.15 Wita, Iin tiba-tiba datang ke rumah Ardin yang wilayahnya masih di Desa Sidera. Jarak rumah mereka sekitar 100 meter. Mulanya Iin minta tolong diantar ke Palu, bukan ke Uwentira.
Bergegaslah mereka pagi itu dari Sidera menuju Palu. Yang dipakai berboncengan sepeda motor matic milik Iin. Sebab kondisi motor Ardin agak kurang normal.
Baru beberapa menit di perjalanan, tiba-tiba Iin meminta sang paman supaya mengantarnya ke Uwentira saja. Tidak jadi singgah di Palu. Begitu mendengar kata Uwentira, perasaan Ardin mulai tidak enak. Dia pun menanyakan ada urusan apa di sana.
Ardi pun tidak mau nanya lagi, karena kalau ditanya, biasanya Lin marah-marah lantarankesal. Maka Ardin pun nurut saja. Supaya tidak mau terjadi adu mulut, Ardin nurut saja. Sepeda motor pun dipacunya menuju Palu, berjarak kurang lebih 10 km.
Tiba di Palu, sempat singgah isi BBM di SPBU Jalan Sisinga Mangaraja. Tangki motor diisi full. Setelah selesai, Iin langsung meraih stir motor. Mereka bergantian saling bonceng menuju Uwentira.
Sepanjang perjalanan, terutama di jalur gunung Kebun Kopi, Ardin sempat ketakutan. Soalnya, Iin memacu motor dengan kecepatan tinggi. Ternyata Iin kejar waktu. Jam 11 tepat sudah harus sampai di lokasi Uwentira. Tidak boleh telat. Mungkin sudah ada perjanjian waktu antara Lin dengan suaminya sang siluman.
Sesampainya di Uwentira, Iin mengajaknya lagi bercakap-cakap ringan. Karena sepanjang jalan, mulai dari SPBU Sisinga Mangaraja sampai di tujuan, Iin tak satu kata pun bicara. Begitu juga Ardin, dia tak lagi memberanikan diri menegur atau bertanya. Apalagi sampai mengingatkan supaya jangan terlalu ngebut.
Saat itu, kepada pamannya Ardin, Lin berterus terang bahwa dirinya sudah menikah atau kawin dengan suaminya siluman di kota Uwentira. Lin minta agar pamannya tidak beritahu ke orang tuanya.
Ardin terdiam. Perkataan Iin tak dihiraukan. Antara percaya dan tidak, dengan apa yang baru saja didengarnya. Lantaran tak mau keponakannya marah atau tersinggung, beberapa menit kemudian barulah Ardin manggut-manggut merespons ucapan Iin.
Setelah itu, Iin melanjutkan lagi pembicaraan. Katanya yang menikahkan mereka Nene Rante. Sosok itulah menurutnya banyak berperan di balik pernikahan dia.
Sekadar diketahui, di dunia lain Tanah Kaili di Sulteng, nama Nene Rante lebih dikenal dengan sebutan “Mangge Rante”. Fotonya banyak beredar di masyarakat dengan ciri mulutnya mengeluarkan asap. Mungkin karena terpaut usia yang cukup jauh, sehingga Iin menyebut Mangge Rante dengan panggilan Nene.
Sebelum balik lagi ke Sidera, remaja berjilbab ini sempat menanggalkan asesoris cincin dan kalung yang dipakainya. Lalu diberikan kepada Ardin. Tersisa sendal dan baju yang melekat di badan. Kemudian, dia berpesan supaya kepergian ke Uwentira jangan diberitahu ke ayah dan ibunya.
Setelah menghidupkan mesin motor dan beranjak pergi, Ardin sempat menoleh ke arah Iin. Dia melihat Iin menuju tangga semen, lokasi yang disebut-sebut pintu gaib alam Uwentira.
Sepanjang perjalanan, Ardin tak habis pikir dengan apa yang dialami Iin. Apakah yang didengar dan disaksikan tadi, hanya gurauan belaka, atau memang benar terjadi.
Ternyata, Lin pun berkata bahwa suatu waktu dirinya akan tinggal menetap di Uwentira, kota siluman itu. sumber
loading...
0 comments: